Blogger templates

Rangkuman Bab II Tentang Menggambar Ragam Hias_Kelas 7 SMP_Pelajaran Seni Budaya_Kurikulum Merdeka


Flora dan fauna di Indonesia sangat kaya dan beragam. Setiap daerah memiliki kekayaan lora dan fauna, hal ini menjadikannya ciri atau simbol suatu daerah. Kekayaan lora dan fauna oleh masyarakat diabadikan pada bentuk-bentuk ragam hias. Ragam hias lora dan fauna dapat dijumpai pada bangunan atau arsitektur rumah- rumah adat daerah. Ragam hias tersebut digunakan sebagai simbol yang memiliki nilai-nilai kearifan lokal. Ragam hias lora dan fauna dibuat menggunakan bahan dan teknik yang berbeda. Ragam hias ada yang dibuat di atas kayu, kain, kulit, dan serta tembaga

A. Pengertian Ragam Hias :

Ragam hias atau ornamen merupakan bentuk karya seni rupa yang sudah ber- kembang sejak zaman prasejarah. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki banyak ragam hias. Ragam hias di Indonesia di- pengaruhi oleh faktor lingkungan alam, lora dan fauna, serta budaya masing-masing daerah. Keinginan untuk menghias gambar ragam hias fauna merupakan naluri atau insting manusia. Selain itu, pembuatan ragam hias juga di- dasarkan atas kebutuhan masyarakat baik yang bersifat praktis maupun yang ter- kait dengan kepercayaan atau agama.


B. Motif Ragam Hias

Ragam hias merupakan karya seni rupa yang diambil dari bentuk-bentuk lora (vegetal), fauna (animal), igural (manusia), dan bentuk geometris. Ragam hias tersebut dapat diterapkan pada media dua dan tiga dimensi.

1. Ragam Hias Flora (vegetal) 

Flora sebagai sumber objek motif ragam hias dapat dijumpai hampir di seluruh pulau di Indonesia. Ragam hias dengan motif lora (vegetal) mudah Gambar 2.4 Jenis ragam hias lora pada dijumpai pada barang-barang seni, seperti batik, ukiran, kain sulam, kain tenun, dan bordir.


2. Ragam Hias Fauna (Animal)

Bentuk motif animal dapat dibuat berdasarkan berbagai jenis binatang, misalnya burung, gajah, cicak, ikan, dan ayam. Dalam membuat ragam hias, motif hias animal bisa digabung dengan motif hias vegetal atau motif geometrik. Sebagai contoh, untuk menggambar ragam hias dengan motif burung, dilakukan langkah-langkah berikut.

a) Membuat gambar kontur burung dengan peng- gayaan tertentu sebagai pola gambar ragam hias.

b) Membuat garis-garis atau bentuk motif tam- bahan (misalnya motif vegetal) untuk mengisi pola tersebut.

c) Selesaikan gambar dengan mengisi bidang- bidang dengan warna yang menarik.


3. Ragam Hias Geometris

Ragam hias geometris merupakan motif hias yang dikembangkan dari bentuk-bentuk geometris dan kemudian digayakan sesuai dengan selera dan imajinasi pembuatnya. Gaya ragam hias geometris dapat dijumpai di seluruh daerah di Indonesia, seperti Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Ragam hias geometris dapat dibuat dengan menggabungkan bentuk-bentuk geometris ke dalam satu motif ragam hias.


4. Ragam Hias Figuratif

Bentuk ragam hias iguratif berupa objek manusia yang digambar dengan mendapatkan penggayaan bentuk. Ragam hias iguratif biasanya terdapat pada bahan tekstil maupun bahan kayu, yang proses pembuatannya dapat dilakukan dengan cara menggambar


C. Pola Ragam Hias


Bentuk ragam hias umumnya memiliki pola atau susunan yang diulang-ulang. Pada bentuk ragam hias yang lain, pola yang ditampilkan dapat berupa pola ragam hias yang teratur, terukur, dan memiliki keseimbangan. Pola ragam hias geometris dapat ditandai dari bentuknya seperti persegi empat, zig-zag, garis silang, segitiga, dan lingkaran. Pola bidang tersebut merupakan pola geometris yang bentuknya teratur. Bentuk lain dari pola geometris adalah dengan mengubah susunan pola ragam hias menjadi pola ragam hias tidak beraturan dan tetap memperhatikan segi keindahan

D. Teknik Menggambar Ragam Hias.


Gambar ragam hias sangat bervariatif, ada yang diambil dari lora, fauna, manusia, dan bentuk- bentuk geometris. Bentuk gambar ragam hias, dapat berupa pengulangan maupun sulur-
suluran. Pada saat kamu ingin menggambar ragam hias,berikut aturan yang harus diperhatikan.
1) Perhatikan pola bentuk ragam hias yang akan digambar.
2) Persiapkan alat dan media gambar.
3) Tentukan ukuran pola gambar yang akan dibuat.
4) Buat sketsa di salah satu kotak/bidang yang telah dibuat sebelumnya.
5) Buat bentuk yang sama (bisa dijiplak) pada bidang yang lain.
6) Warnai gambar.

E. Rangkuman


Menggambar ragam hias memiliki pola bentuk gambar teratur dan pola bentuk gambar yang tidak teratur. Pola gambar teratur memiliki ukuran pola sama. Beberapa daerah di Indonesia seperti Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Madura, dan Papua memiliki pola ragam hias menggunakan pola teratur. Pada pola ragam hias tidak teratur, ragam hias dibuat lebih ekspresif dan dinamis.

Menggambar ragam hias bagi sebagian masyarakat Indonesia bertujuan sebagai penghormatan kepada roh nenek moyang atau mencari keselamatan hidup misalnya pada gambar ragam hias bentuk manusia. Menggambar ragam hias bentuk manusia dapat diberi warna hijau, biru, dan dibuat secara utuh atau diambil bagian tubuh tertentu seperti bagian muka.

Gambar ragam hias dapat dibuat dengan cara diseder- hanakan atau dilebihkan. Gambar ragam hias dapat dijumpai pada pinggiran rumah adat daerah, kain batik, atau benda- benda kerajinan lainnya. Warna yang digunakan biasanya memiliki ciri khas dan memiliki makna simbolik.

Prosedur yang harus dilakukan dalam menggambar ragam hias adalah gambar harus mengikuti bentuk pola gambar ragam hias yang ada seperti pola gambar ragam hias yang beraturan atau tidak beraturan. Menggambar ragam hias juga harus memperhatikan komposisi, proporsi, keseimbangan, dan harmonisasi.


Mengenal Tokoh-Tokoh Seni Rupa Indonesia




1. Affandi

Affandi merupakan salah satu tokoh penting dalam dunia seni rupa Indonesia. Lahir pada 7 Juli 1907 di Cirebon, Jawa Barat, ia meninggal pada tanggal 23 Mei 1990 di Yogyakarta. Keahlian dan gaya ekspresionisnya yang kuat membuatnya dikenal sebagai pelukis terkenal di Indonesia dan dunia.

Affandi memulai karier seninya pada tahun 1930-an dan selama berkarir, ia mengeksplorasi berbagai macam teknik lukis seperti realisme, impresionisme, dan ekspresionisme. Ia menjadi salah satu pelukis yang mempopulerkan ekspresi emosional dalam karyanya.

Affandi dikenal dengan karyanya yang mengeksplorasi tema-tema seperti alam, keluarga, sosial, dan politik. Ia menyampaikan emosi dan perasaannya melalui lukisan-lukisannya yang memiliki nuansa ekspresionis. Gaya lukis yang unik ini membuat lukisan-lukisannya menjadi sangat menarik dan memikat bagi para pengamat seni.


2. S. Sudjojono

Sudjojono memiliki nama lengkap Sindoedarsono Soedjojono dan lahir di Kisaran, Sumatera Utara pada bulan Mei 1913. Ia merupakan pelukis legendaris Indonesia dan dikenal sebagai Bapak Seni Rupa Modern Indonesia karena memperkenalkan modernitas dalam seni rupa di Indonesia. Modernitas yang dimaksudkan adalah dengan mengangkat konteks keadaan yang sebenarnya di Indonesia. Setiap karya yang dibuatnya diberi tanda “S. Sudjojono.” Ia meninggal pada 25 Maret 1985 di Jakarta.

Salah satu karya terkenal Sudjojono adalah “Gerak Baru” yang mengilustrasikan sekelompok wanita muda yang mengenakan busana tahun 1980-an yang melampiaskan gaya dansa baru. 

Dalam lukisan ini, Sudjojono menggunakan gaya dan teknik yang berbeda dari lukisan-lukisan tradisional Indonesia sebelumnya, yang lebih menekankan pada form dan warna. Lukisan “Gerak Baru” merupakan observasi Sudjojono akan masyarakat sekitar yang menggambarkan adanya pergantian era.


3. Barli Sasmitawinata

Barli Sasmitawinata lahir pada tanggal 18 Maret 1921 di Bandung. Pada tahun 1935, dia memulai pendidikan seninya dengan belajar melukis di studio milik Jos Pluimentz, seorang pelukis Belgia yang tinggal di Bandung. Barli adalah satu-satunya “orang setempat” yang belajar di studio tersebut dan juga belajar kepada Luigi Nobili, pelukis Italia. 

Di studio tersebut, Barli bertemu dengan Affandi dan bersama-sama dengan Affandi, Hendra Gunawan, Soedarso, dan Wahdi Sumanta, membentuk “Kelompok Lima Bandung”. Pada tahun 1948, Barli mendirikan Sanggar Seni Rupa Jiwa Mukti. Sejak periode awal kariernya sebagai seniman, Barli dikenal sebagai seorang ilustrator dan memegang posisi sebagai ilustrator di Balai Pustaka, Jakarta sejak tahun 1930-an. Dia juga menjadi ilustrator untuk beberapa koran yang terbit di Bandung.

Pada tahun 1950, Barli menerima beasiswa dari Pemerintah Belanda untuk belajar di Academie Grande de la Chaumiere di Paris, Perancis. Kemudian, ia melanjutkan studinya di Rijksacademie voor Beeldende Kunsten di Amsterdam, Belanda hingga tahun 1956.




Post a Comment

0 Comments