Blogger templates

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)



 
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
            Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan di semua jenis jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar, menengah hingga pendidikan tinggi memegang peranan penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, namun dalam kenyataannya pengajaran Bahasa Indonesia di jenjang pendidikan dasar umumnya sekolah dasar dalam hal membaca di kelas hasilnya masih kurang terbukti dengan kemampuan membaca siswa kelas I nilainya rendah dibawah rata-rata ketuntasan belajar (daftar nilai kelas I), bahkan sudah berada di kelas II pun masih banyak anak- yang tidak dapat membaca.
Olah sebab itu, peran guru kelas I memegang peranan penting dalam bidang pengajaran Bahasa Indonesia khususya membaca. Tanpa memilki kemampuan membaca yang memadai sejak dini maka anak akan mengalami kasulitan belajar di kemudian hari. Kemampuan membaca menjadi dasar yang utama tidak saja bagi pengajaran Bahasa Indonesia sendiri, akan tetapi juga pengajaran mata pelajaran lain "Dengan mendapatkan pengajaran membaca siswa akan memperoleh pengetahuan yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan daya nalar, sosial, dan emosinya" (Depdikbud, 1996:2).
Mengingat pentingnya peranan membaca tersebut bagi perkembangan siswa maka cara guru mengajar membaca haruslah memilih metode yang tepat dan benar sehingga mudah dipahami anak yang mungkin selama ini cara peyampaian guru kurang tepat. Dalam pengajaran baik metode maupun stratgi pendekatan, hasil yang diperoleh siswa kelas I relatif rendah serta anak kurang berminat dalam pengajaran Bahasa Indonesia.
1
 
Dari berbagai permasalahan diatas layanan bimbingan dirasakan amat berperan dalam membantu proses dan pencapaian tujuan pendidikan secara bertahap diantaranya pendidikan peran guru. Disini peneliti akan membahas dan menguraikan mengenai cara memberikan bimbingan belajar membaca permulaan Metode Struk-tural Analitik Sintetik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
B.       Identifikasi Masalah
            Berdasarkan latar belakang diatas telah diuraikan arti pentingnya membaca bagi manusia dalam kehidupan. Bertolak dari latar belakang terdapat beberapa fakta yang berhubungan dengan masalah membaca yaitu :
1.        Keterbatasan siawa tentang pengenalan huruf-huruf.
2.        Kurangnya minat siswa kelas I.
3.        Rendahnya kemampuan membaca siswa kelas I.

C.      Batasan Masalah
Menyadari pentingnya membaca dalam kehidupan sehari-hari maka masalah kemampuan membaca siswa kelas I SDN 4 Dewantara dibatasi sebegai berikut :
1.        Pengenalan Huruf-huruf.
2.        Membaca suku kata.
3.        Membaca kalimat.

D.      Rumusan Masalah
            Dan berbagai permasalahan diatas maka rumusan masalahnya adalah. Apakah dengan Metode Struktural Analitik Sintetik dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas I di SDN 4 Dewantara?"

E.       Tujuan Penelitian
1. Tingkat kemampuan membaca siswa kelas I.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

F.       Hipotesis
            Hipotesis yang mengarahkan keseluruhan proses dan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :
1.        Kemampuan membaca siswa kelas I SDN 4 Dewantara cukup baik.
2.        Peningkatan hasil belajar mata pelajaran pelajaran Bahasa Indonesia cukup Baik.

G.      Manfaat  
Setiap kegiatan minimal tentu memberikan manfaat, demikian halnya bimbingan belajar membaca permulaan juga memberikan manfaat antara lain :
1.        Manfaat Teoritis
Sebagai wacana bagi rekan guru kelas I dalam pengajaran Bahasa Indonesia untuk memberikan bimbingan permulaan agar berhasil secara maksimal.
2.        Manfaat Praktis
Dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas I sehingga akan berpengaruh pula terhadap hasil belajar, guna persiapan kelas berikutnya.
3.        Manfaat Bagi Peneliti
Penyusunan tugas akhir ini dapat menjadi bekal dalam penulisan skripsi apabila peneliti memiliki kesempatan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.





 
BAB II
LANDASAN TEORI

A.      Makna Bimbingan, Prinsip dan Kedudukan
            Permasalahan Bimbingan di sekolah Dasar Bimbingan adalah suatu proses membantu yang diberikan, dimaksudkan agar peserta didik mencapai perkembangan diri yang optimal dan tidak mengalami kesulitan dalam belajar Dalam prinsip bimbingan ini yakni bimbingan yang diberikan atau diperuntukkan bagi semua peserta didik dan diberikan kepada individu yang sedang berada dalam perkembangan. Juga peduli terhadap semua segi pertumbuhan peserta didik. Berdasarkan kepada pengakuan atas kemampuan individu untuk menemukan pilihan yang benar merupakan keseluruhan proses pendidikan kemudian diarahkan untuk membantu peserta didik. Merealisasikan dan mewujudkan dirinya.
Keberadaan bimbingan dalam proses pendidikan telah dikuatkan secara formal dengan lahimya UU No. 2/1989 tentang sistem pendidikan nasional beserta perangkat peraturan Pemerintah terutama PP 29/1990, tentang pendidikan menengah dimana SMA ada di dalamnya. Kajian terhadap keberadaan di dalam pendidikan tentu tak cukup dengan pengetahuan formal. Walaupun itu sangat penting untuk terjadi pengakuan profesi, tetapi juga perlu dikaji secara filosofis kenseptual.
Keberadaan bimbingan di sekolah merupakan sisi lain dari proses pendidikan yang kepedulian non instruksional dengan fokus intervensinya terletak pada dunia kehidupan individu peserta didik. Sama halnya dengan pendidikan. Bimbingan pun selalu berhadapan dengan individu yang ada dalam proses perkembangan. Dan bimbingan peduli terhadap aspek perkembangan individu peserta didik balk aspek intelektual, sosial, emosional, maupun nilainya.
4
 
Keberadaan bimbingan dalam pendidikan sekolah dasar erat dengan sistem pendidikan dasar 9 tahun. Kedudukan dan posisi formal dari sekolah dasar seprti ini membawa implikasi kepada peran dan fungsi sekolah dasar pada masa yang akan datang. Asumsi dasar dari pendekatan perkembangan invidu akan berlangsung dalam iieraksi yan sehat antara individu dengan menggunakan pendekatan dalam bimbingan akan membawa implikasi kepada sistem peluncuran (delivery system). Bimbingan pribadi lebih berfokus kepada upaya membantu peserta didik mengembangkan aspek-aspek kepribadian yang menyangkut pemahaman din dan lingkungan. Kemampuan memecahkan masalah, konsep din i kehidupan emosi dan identitas diri. Layanan bimbingan pribadi sangat erat kaitannya dengan membantu peserta didik mengivasai tugas-tugas perkembangan sesuai dengan tahap perkembangan.
Peran guru dalam membantu perkembangan pribadi peserta didik adalah dalam hal-hal sebagai berikut :
1.        Bersikap peduli terhadap anak dengan cara setiap hari memantau dan membantu anak dalam belajar. Dengan sabar dan penuh perhatian. Supaya anak mempunyai rasa senang dalam belajar.
2.        Struktur pendukung, relasi jaringan kerja yang menyeluruh peserta didik dan memungkinkan anak mengembangkan kemampuannya, mengembangkan antara keterlibatan anak dengan teman-temannya dalam belajar Bahasa Indonesia menggunakan teori-teori yang sudah dipaparkan dalam landasan teori.

B.       Pengertian Bahasa dan Hakikat Pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah Dasar.
            Bahasa merupakan alat komunikasi melalui Bahasa manusia dapat saling berkordnikasi (Depdikbud : 15) Artinya melalui Bahasa manusia saling berbagi pengalaman saling belajar dari yang lain serta dapat menigkatkan kemampuan intelektual sehingga lebih komunikatif.
Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai Bahasa Indonesia dan bahasa Negara (Depdikbud, 1993 :2) karena kedudukan tersebut maka Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan. sebagai lambang kebanggaan Nasional sebagai alat pemersatu berbagai suku bangsa dengan latar sosisl budaya, bahasa dan pengembangan kebudayaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sebagai perhubungan kepentingan dari kenegaraan. Pengajaran Bahasa Indonseia pada hakekatnya adalah pengajaran keterampilan berbahasa bukan pengajaran tentang pengetahuan bahasa yang meliputi tata bahasa, pengembangan kosa kata dan teori Sastra sebagai alat penyetor saja (Dekdikbud, 1993 :2).
Keterampilan berbahasan yang ditekankan adalah keterampilan reseptif yang mencakup tiga aspek Bahasa Indonmesia yaitu pemahaman, kebahaan, dan penggunaan yang bentuknya seperti mendengarkan dan membaca berita dan menulis. Pada tahun pertama di sekolah dasar adalah saat pertama kalinya Bahasa Indonesia secara resmi diajarkan. Kebanyakan anak memiliki keragaman latar belakang sebelum niemasuki jenjang kelas I diantaranya latar belakang bahasa ibu dan beberapa persen siswa yang mempunyai kesempatan memperoleh pendidikan TK apalagi bila di desa kedua faktor tersebut akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, untuk itu guru perlu mempertimbangkan strategi mengajar.

C.      Pengertian Hasil belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi Basil Belajar
            Yang dimaksud hasil belajar adalah apa yang sudah dicapai oleh sianak didik di sekolah mengenai dari suatu mata pelajaran (Siti Rahayu Hardinata, 1971:76). Penilaian hasil belajar adalah usaha untuk mngetahui mutu belajar dan mengajar (Sukardi dan Claramus, 1986 :52).
            Dari dua hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa siswa berkewajiban untuk belajar dad suatu mata pelajaran yang telah diterima agar berhasil secara maksimal, yang oleh guru diwujudkan dalam bentuk nilai bagi kelas I adalah kemampuan dasar membaca dan menulis dalam Bahasa Indonesia.

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu :
1)        Faktor internal adalah faktor dari dalam diri siswa, atau disebut faktor pembawaan anak, meliputi :
-            Faktor jasmani yang bersifat bawaan maupun yang diperolah dari pendengaran, penglihatan atau cacat tubuh.
-            Faktor psikologis anak adalah kondisi kejiwaan anak.
-            Faktor intelektual yaitu meliputi petensial dan kejiwaan anak.
-            Faktor non intelektual yaitu unsur kepribadian seperti sikap, kebiasaan, kebutuhan dan penyesuaian
2)        Faktor eksternal adalah faktor luar yang mempengaruhi hasil belajar siswa, hal itu meliputi :
-            Faktor sosial yaitu merupakan kondisi keluarga
-            Faktor lingkungan yaitu kondisi di sekitar dimana siswa bergaul
-            Faktor budaya yaitu peradaban masyarakat dimana siswa berada yang dapat mendorong atau tidaknya dalam belajar.

D.      Metode-metode Membaca Permulaan
            Tiga perempat persen metode adalah cara yang telah teratur dan terpilih secara baik untuk mencapai suatiu maksud cara mengajar (KBBI, 1984: 649) 3/4. Sedangkan yang dimaksud pembaca permulaan adalah pengajaran membaca awal yang diberikan kepada siswa kelas I dengan tujuan agar siswa trampil membaca serta mengembangkan pengetahuan bahasa dan keterampilanberbahasa guna meghadapi kelas berikutnya (Dekdikbud, 1995/196:6).
            Melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar dan kreativitas anak didik (Akhadiah, 1992 : 29).
            Berdasarkan kurikulum pendidikan dasar (1994) materi pembelajaran membaca yang tertuang dalam CBPP mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas I sekalah Dasar adalah sebagai berikut :
a.         Persiapan (Pra membaca)
            Pada tahap awal ini, pada awal Semester I, kepada siswa diajarkan :
(1)     Sikap duduk yang baik.
(2)     Cara melatakkan atau menempatkan buku di meja.
(3)     Cara memegang buku.
(4)     Cara membalik halaman buku yang tepat.
(5)     Melihat atau memperhatikan gambar atua tulisan.


b. Setelah pra membaca, siswa diajarkan :
(1)     Lafal dan intonasi kata dan kalimat sederhana (menirukan guru)
(2)     Huruf-huruf yang digunakan dalam kata dan kalimat sderhana yang sudah di kenal siswa (huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap sampai dengan 14 huruf)
-          a,i,m dan ; misalnya kata : ini, mama, kalimat : ini mama
-          u,l,b, misalnya kata ibu, lala, kalimat : ibu lala.
-          e,t,p ; misalnya kata : itu, pita, ema ; kalimat : itu pita ema
-          o,d ; misalnya kata : itu bola, didi ; Kalimat itu bola didi.
-          k,s : misalnya kata : kuda, gapa, satu ; kalimat kuda papa satu.
(3)     Kata-kata barn yang bermakna (menggunakan huruf-huruf yang sudah dikenal), misalnya : toko, ubi, boneka, mata, tamu, Dalam pembelajaran membaca permulaan ada berbagai metode yang dapat digunakan, antara lain :
(1)      Metode abjad,
(2)      Metode bunyi,
(3)      Metode kupas rangkai suku kata,
(4)      Metode kata lembaga
(5)      Metode global, dan
(6)      Metode struktural analitik sitetik (SAS) Aldiadiah, 1992:32-34).

a.         Metode Abj ad dan Metode Bunyi
Menurut akhadiah kedua metode ini sudah sangat tua, menggunakan kata-kata lepas. Misalnya:
1)        Metode Abjad : bo-bo-bobo
la - ri - lari
2)        Metode Bunyi : na-na-nana
lu -pa - lupa
b.        Metode Kupas Rangkai suku kata dan Metode Kata Lambang Kedua metode ini menggunakan cara mengurai dan merangkaikan. Misalnya:
1)      Metode kupas rangkai suku kata:
ma ta - ma - ta
pa pa - pa - pa
2)      Metode kata lembaga:
Bola bo-la-b-o-l-a-b-o-l-a-bola
c.         Metode Global
            Metode global timbul sebagai akibat adanya pengaruh aliran psikologi gestalt, yang berpendapat bahwa suatu kebetulan atau kesatuan akan lebih bermakna dari pada jumlah bagian-bagiannya. Memperkenalkan kepada siswa beberapa kalimat, untuk di baca.
d.        Metode SAS
Metode ini di bagi menjadi dua tahap, yakni:
(1). tanpa buku
(2). menggunakan buku. Mengenai itu Momo (1979) menggunakan beberapa cara yaitu:
1)      Tahap tanpa buku dengan cara:
-          Merekam bahasa siswa
-          Menampilkan gambar sambil bercerita
-          Membaca gambar
-          Membaca gambar dengan kartu kalimat
-          Membaca kalimat secara struk-tual (S)
-          Proses Analitik (A)
-          Proses Sintetik (S)
2). Tahap dengan Buku, dengan cara:
-          Membaca buku pelajaran
-          Membaca majalah bergambar
-          Membaca bacaan yang disusun oleh guru dan siswa
-          Membaca yang disusun oleh siswa secara berkelompok
-          Membaca yang disusun siswa secara individual
            Metode ini yang dipandang paling cocok dengan jiwa anak atau siswa adalah Metode SAS. menurut Supriadi dkk (1992), Alasan mengapa Metode SAS ini dipandang baik adalah:
1.        Metode ini menganut prinsip ilmu bahasa umum, bahwa bentuk bahasa yang terkecil adalah kalimat.
2.        Metode ini memperhitungkan pengalaman bahasa anak
3.        Metode ini menganut prinsip menemukan
Kelemahan Metode SAS yaitu:
1.        Kurang Praktis
2.        Membutuhkan Banyak waktu
3.        Membutuhkan alat peraga

E.       Alat Penelitian
            Untuk mengetahui hasil pembelajaran digunakan tes sebagai tolak ukurnya. Tes adalah latihan keterampilan dan kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. (Arikunto 1996:138) Macam-macam tes:
a.       Tes Awal (Pre Tes)
Tes Awal dilakukan sebelum pembelajaran inti dimulai. Tes awal dimasukan untuk nienjajaki kemampuan siswa.
b.      Tes Akhir (Post Tes)
c.       Tes akhir dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran mencapai tujuan yang ditetapkan. Tes ini untuk mengetahui keberhasilan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. hasilnya digunakan sebagai acuan untuk melihat kemajuan prestasi siswa dalam mengikuti program pembelajaran. Serta untuk menganalisa data dan merefleksikan tindakan berikutnya. hasil pembelajaran siswa diperiksa, dianalisa untuk menentukan letak kesulitan dalam menyelesaikan soal.








 
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil penelitian
1.        Data Hasil Penelitian
            Penulisan melakukan bimbingan tehadap seorang siswa yang di dalam kelas mengalami kesulitan dan lambat dalam membaca. Data siswa yang dibimbing :
Nama                                       : Sitti Nurhaliza
Kelas                                       : 1 (satu)
Alamat                                    : Tambort Tunong, Kec. Dewantara
Tempat/Tanggal Lahir : Tambon Tunong, 14 Agustus 2003
Agama                                     : Islam
Anak ke                                   : 2
Nama Orang tua :
a.         Ayah                                : M.Yunus
b.        Ibu                                    : Zulaikha
Pekerjaan Orang tua
a.         Ayah                                : Swasta
b.        Ibu                                    : 1bu Rumah Tangga
Berat Badan                            : 19 kg
Tinggi Badan                          : 110

* Masalah-masalah siswa :
-            Keterbatasan siswa tentang huruf
-            Kurangnya minat baca siswa
-            Rendahnya kemampuan baca siswa
2.        Prosedur Bimbingan
a.         Pelaksanaan Bimbingan
11
 
Bimbingan dilaksanakan secara kontinue berkelanjutan. Bimbingan dapat dilakukan mat pembelajaran maupun di luar jam pelajaran yaitu:
·         Saat pembelajaran:
-       Di kelas
·         Diluar jam pelaaran:
-       Pada saat jam istirahat
-       Pada saat pulang sekolah
Penelitian ini dilakukan pada semester I yaitu mulai Juli 2009 s/d Desember 2009
b.    Langkah-Langkah Bimbingan
            Guna meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca permulaan di gunakan metode SAS (Stuktural Analitik Sistematik) dengan langkah-langkah:
1.        Guru bercerita atau bertanya jawab dengan siswa di sertai paragrafgambar.
2.        Siswa membaca gambar dengan kartu kalimat.
3.        Siswa membaca tanpa bantuan gambar
4.        Guru menguraikan kalimat menjadi kata, suku kata, dan huruf Kemuclian di kembalikan menjadi kata, suku kata dan kalimat lagi dan siswa disuruh membaca.
5.        Guru menulis soal post test di papan tulis
6.        Siswa maju kedepan satu persatu, untuk membaca. setelah itu, guru mencatat hasil membaca siswa dengan mengisi data nilai dengan kriteria ketepatan, kelancaran, kejelasan suara dalam membaca. Dari data tersebut, dapat di ketahui bahwa terdapat siswa yang memerlukan bimbingan dalam membaca karena tingkat perkembangan siswa tersebut lambat dibandingkan siswa yang lain.
7.        Guru mengadakan bimbingan tambahan pada saat istirahat dan pulang sekolah secara bertahap.
c.    Hasil Bimbingan
1)        Sebelum bimbingan. Diketahui tingkat belajar siswa yaitu:
-            nilai harian rendah dibawah rata-rata
-            kemauan berpikir lambat
-            kurangnya minat baca


2)        Setelah bimbingan
Hasil di ketahui sebagai berikut:
-            Minat baca bertambah
-            Kemampuan membaca meningkat walaupun masih ada pembacaan kata yang dieja.
Setelah dilakukan bimbingan diharapkan siswa mempunyai perbendaharaan kata yang lebih banyak dan dapat naik kelas serta prestasinya meningkat. Adapun data hasil siswa sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan adalah sebagai berikut:
No
Keadaan
Aspek yang dinilai
Rata-rata
Kemampuan
Kelancaran
Kejelasan Suara
1
Kondisi awal
50
50
50
50
2
Pelaksanaan bimbingan tahap I
70
60
70
67
3
Pelaksanaan bimbingan tahap II
80
70
80
77

B.       Pembahasan
1.        Penyebab kesulitan Belajar
Setelah melakukan wawancara, dan melihat hasilbelajar siswa tersebut, dapat di ketahui bahwa kesulitan belajar siswa disebabkan karena:
a.         Faktor interen yaitu:
b.         Kurangnya minat membaca siswa karta perkembangannya masih dalam taraf bermain. Terbukti dengan :
-          Pada saat KBM siswa tersebut tidak memperhatikan penjelasan guru.
-          Hiperaktif, agak pendiam, perkembangan lambat
-          Keantusiasan dalam belajar kurang
-          Lebih suka menulis dari pada membaca.
c.         Faktor Ekstren yaitu:
Kurangnya perhatian keluarga dalam membimbimg anak. Waktu belajar sangat terbatas karena orang tua terialu sibuk beraktifitas sehingga kurangnya berinteraksi dengan anak dan tingkat pendidikan orang tua yang kurang mengakibatkan bimbingan terhadap anak masih kurang.

2.      Masalah Siswa
Setelah mengetahui penyebab kesulitan belajar maka dapat diketahui masalah yang dihadapi siswa yaitu siswa su1it membaca. Ini terlihat dari kemampuan siswa dalam membaca tidak lancar kadang masih dieja serta perkembangan IQ yang lambat. Siswa ini juga mempunyai sifat pendiam dan malas belajar membaca. Siswa tersebut lebih suka menulis dari pada membaca.
3.      Faktor Pendukung
Faktor yang mendukung penelitiaan memberi bimbingan belajar terhadap Siti karena rendahnya tingkat kemampuan mambaca dalam pelajaran bahasa terutama pada kalimat. Kalimat yang belum diketahui. Penelitian mendapat dukungan dari guru kelas 1 dan sekolah, serta penelitiaan berharap agar siswa tersebut dapat membaca dengan lancar.
4.      Faktor Penghambat
Pelaksana bimbingan belajar terhadap Siti kurang berjalan lancar karena sifat Siti yang malas dan cenderung tidak memperhatikan penjelasan guru. Bimbingan belajar ini dilaksanakan waktu pembelajaran, istirahat dan pulang sekolah, sehingga kondisi fisiknya sudah lelah. Hal inilah yang membuat Siti sering mencari alasan tidak mau diberikan bimbingan. Sehingga menghambat guru dalam memberikan bimbingan.
5.      Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis masih sangat terbatas. Hal ini dikarenakan terbatasnya referensi yang digunakan untuk melakukan bimbingan. Sehingga penulis hanya menggunakan buku acuan.
6.      Analisis dan Refleksi
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi awal, kemampuan membaca Siti masih kurang, yaitu manunjukkan angka 50 pada semua aspek yang dinilai, meliputi Ketepatan, Kelancaran dan Kejelasan Suara. Namun setelah mengikuti Bimbingan tahap I hasil belajamya nampak meningkat dari segi Kecepatan dan kejlasan suara. Rata-rata hasil belajarnya mengalami kemajuan meskipun belum memenuhu standar nilai 20 > 70. Siswa dalam kategori ini masih memerlukan perhatian walaupun hasil pelaksanaan bimbingan tahap I lebih baik dari kondisi awal. Oleh kama itu, penelitian melaksanakan bimbingan tahap Ii dan hasilnya tidak mengecewakan.
Hasil belajar siti meningkat meskipun tingkat kenaikan dari salah satu aspek, tepatnya kelancaran masih juga kurang namun rata-rata hasil belajarnya tidak mencapai target > 70. Dani hasil kesimpulan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa secara umum hasil belajar, Siti telah meningkat setelah mengikuti bimbingan belajar mi. Akan tetapi tindak lanjut dari kegiaan bimbingan ini masih hams terus upayakan terutama pada aspek kelancaran membaca agar tingkat kemampuan membacanya menjadi lebih baik dan seoptimal mungkin.



 
BABA IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
            Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dalam Bab III, penelitian yang berjudul Penggunaan Metode SAS Dalam Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Siswa Kelas 1 SDN 4 Dewantara" dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.        Membaca permulaan merupakan membaca yang sangat tepat diterapkan di awal tahun pelajaran di kelas I karena memiliki berbagai keistimewaan antara lain :
-       Adanya kegiatan pra membaca, dalam hal ini siswa dikenalkan cara duduk dan membaca dengan intonasi yang benar.
-       Ada 6 metode yang bisa digunakan dalam membaca permulaan yakni Metode Abjad, Metode Suku Kata, Metode Bunyi, Metode Kata Lembaga, Metode Global dan Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik).
2.        Penggunaan Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) adalah sangat tepat apabila digunakan dalam membaca permulaan di kelas I karena metode ini memudahkan sebab diawali dari kata menjadi suku kata, menjadi huruf, kembali ke suku kata, dan akhirnya menjadi kata.
3.        Hasil yang dicapai oleh siswa dalarn kegiatan pembelajaran khususnya dalam penerapan membaca permulaan dengan metode SAS, dapat diketahui sebagai berikut:
-       Sebagian besar siswa atau 80 % anak telah dapat membaca.
-       Nilai yang diperoleh siswa rata-rata hampir melampaui ketuntasan belajar yang ditargetkan dalam kurikulum 2004 yaitu 7,00
-       Siswa telah memahami minimal 14 huruf, sehingga merasa senang bila diajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya membaca.


16
 
 

B.       Saran
1.        Bagi Guru Sekolah Dasar
a.         Guru selaku tenaga kependidikan hendaknya lebih tepat dalam menggunakan strategi mengajar Bahasa Indonesia di awal kelas I sebab merupakan penanaman konsep pertama yang akan berpengaruh terhadap pembelajaran di kelas berikutnya.
b.         Guru selaku pendidik hendaknya bersifat inovatifartinya selalu peka terhadap pembaharuan khususnya pembaharuan dalam menggunakan strategi mengajar yang lebih menarik minat anak.
2.        Bagi Lembaga Pendidikan
a.       Hendaknya lembaga pendidikan menbantu guru dalam peningkatan profesionalismenya melalui penataran maupu mengikuti pendidikan yang lebih tinggi.
b.      Hendaknya lembaga pendidikan mempersiapkan sumber daya manusia yang beprofesi sebagai guru yang mempunyai kemampuan menjadi tenaga pendidikan sehingga dapat memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik).














 
DAFAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Departemen Pendidkan dan Kebudayaan, 1994. Kurikulum Sekolah Dasar, Proyek peningkatan Mutu SD, TK, SLB. Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995/1996. Metode Bahasa Indonesia, Proyek Peningkatan Mutu SD,TK, SLB. Jakarta.
Kartadinata, Sunaryo dkk, 2002. Bimbingan di sekolah Dasar. Bandung : CV Maulana.
Mugiarto, Hem ddk, 2004. Bimbingan dan Konseling. Semarang : UPT MiKK UniversitasNegri Semarang.
Surana, 2004. Aku Cinta Bahasa Indonesia. PT Tiga Serangkai.
Suyadi, 1998. Pandai Membaca Menulis IA.
WJS Purwodarminto, 1993. Kamus Umum Bahasa Indonesia. PN Balai Pustaka.
18
 
Zuchdi, Darmiyanti dan Budiasih, 2004. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Yogyakarta : PAS.

Post a Comment

0 Comments